Jakarta - Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan tanggapan terkait kasus Bank Century
yang membawa-bawa nama Wakil Presiden (Wapres) Boediono. Saat bertemu
dengan para pemimpin redaksi sejumlah media massa di Menara Bank Mega,
Jakarta, Senin (10/3), Presiden mengatakan, Wakil Presiden Boediono yang
kala itu menjabat Gubernur Bank Indonesia, tidak bisa diadili atas
langkahnya memberi dana talangan kepada Bank Century.
“Saya selalu katakan bahwa situasi 2008 itu memang krisis. Cek saja pemberitaan media saat itu,” ujarnya.
Saat mengambil langkah menyelamatkan Bank Century itu, lanjut SBY, dirinya yang saat itu sedang bertugas di luar negeri tidak dihubungi oleh Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Namun, saat itu ada Wapres Jusuf Kalla di Jakarta.
“Jadi kalau tidak memberi tahu saya ya tidak salah. Mereka punya kewenangan sesuai Undang-undang,” SBY menegaskan.
Saat itu, SBY sedang di Lima, Peru, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi APEC dan KTT G20 di Washington DC.
“Saya konsisten menganggap bahwa policy bail out itu perlu dilakukan untuk mencegah memburuknya dampak krisis keuangan global ke dalam negeri,” katanya.
Jika dalam policy development implementation ada penyimpangan, lanjut Presiden SBY, ia menyerahkannya kepada proses hukum.
“Saya berharap tidak ada politisasi terhadap proses hukum kasus Century,” SBY menandaskan.
Belum Pasti
Sementara itu saat menyinggung masalah suksesi yang akan berlangsung tahun 2014 ini, SBY yang bertemu dengan para pemimpin redaksi media massa selaku pribadi mengatakan, ia belum melihat skenario yang jelas terkait siapa calon presiden yang akan menggantikan dirinya.
Bahkan terhadap calon presiden yang mengikuti konvensi Partai Demokrat sendiri, SBY mengaku, belum melihat secara pasti siapa yang akan dipilih konvensi.
“Saya masih menunggu hasil konvensi Partai Demokrat karena banyak kandidat masih berpeluang,” katanya.
Menurut SBY, sekarang ini sangat belum certain (bisa dipastikan) siapa yang akan jadi presiden menggantikan dirinya nanti.
“Saya harus mengatakan bahwa masing-masing punya peluang, tapi semuanya belum aman. Dalam arti bisa mengklaim saya akan terpilih, saya akan menang,” kata SBY.
Terhadap munculnya calon-calon Presiden sebagai banyak dimunculkan oleh lembaga survey, SBY menilai, peluangnya relatif sama.
“Mendekati Pemilihan Legislatif (Pileg) muncul nama-nama yang menghiasi dunia survei. Saya tahu itu juga sahabat-sahabat saya. Paling-paling dengan Ibu Mega yang belum cair benar. Tetapi saya menghormati beliau, beliau kakak saya. Tapi dengan yang lain-lain terus berkomunikasi, mereka punya peluang, tapi belum certain,” kata SBY.
SBY pun belum mau menyebut siapa capres andalannya. SBY mengaku belum tahu siapa yang bakal menonjol dalam pemilihan Calon Presiden di 2014 ini.
“Masih banyak skenario yang juga akan terjadi. Kalau ditanya who? I do not know yet,” ujarnya. (websitesetkba/TeamPD/Gs)
“Policy tidak bisa diadili. Karena akan sulit memutuskan policy untuk kepentingan pembangunan,” kata SBY.
Menurut SBY, kebijakan pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP) Bank Indonesia untuk Bank Century sebesar Rp6,7 triliun sudah
tepat. Sebab, saat pengambilan kebijakan situasi sedang krisis.“Saya selalu katakan bahwa situasi 2008 itu memang krisis. Cek saja pemberitaan media saat itu,” ujarnya.
Saat mengambil langkah menyelamatkan Bank Century itu, lanjut SBY, dirinya yang saat itu sedang bertugas di luar negeri tidak dihubungi oleh Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Namun, saat itu ada Wapres Jusuf Kalla di Jakarta.
“Jadi kalau tidak memberi tahu saya ya tidak salah. Mereka punya kewenangan sesuai Undang-undang,” SBY menegaskan.
Saat itu, SBY sedang di Lima, Peru, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi APEC dan KTT G20 di Washington DC.
“Saya konsisten menganggap bahwa policy bail out itu perlu dilakukan untuk mencegah memburuknya dampak krisis keuangan global ke dalam negeri,” katanya.
Jika dalam policy development implementation ada penyimpangan, lanjut Presiden SBY, ia menyerahkannya kepada proses hukum.
“Saya berharap tidak ada politisasi terhadap proses hukum kasus Century,” SBY menandaskan.
Belum Pasti
Sementara itu saat menyinggung masalah suksesi yang akan berlangsung tahun 2014 ini, SBY yang bertemu dengan para pemimpin redaksi media massa selaku pribadi mengatakan, ia belum melihat skenario yang jelas terkait siapa calon presiden yang akan menggantikan dirinya.
Bahkan terhadap calon presiden yang mengikuti konvensi Partai Demokrat sendiri, SBY mengaku, belum melihat secara pasti siapa yang akan dipilih konvensi.
“Saya masih menunggu hasil konvensi Partai Demokrat karena banyak kandidat masih berpeluang,” katanya.
Menurut SBY, sekarang ini sangat belum certain (bisa dipastikan) siapa yang akan jadi presiden menggantikan dirinya nanti.
“Saya harus mengatakan bahwa masing-masing punya peluang, tapi semuanya belum aman. Dalam arti bisa mengklaim saya akan terpilih, saya akan menang,” kata SBY.
Terhadap munculnya calon-calon Presiden sebagai banyak dimunculkan oleh lembaga survey, SBY menilai, peluangnya relatif sama.
“Mendekati Pemilihan Legislatif (Pileg) muncul nama-nama yang menghiasi dunia survei. Saya tahu itu juga sahabat-sahabat saya. Paling-paling dengan Ibu Mega yang belum cair benar. Tetapi saya menghormati beliau, beliau kakak saya. Tapi dengan yang lain-lain terus berkomunikasi, mereka punya peluang, tapi belum certain,” kata SBY.
SBY pun belum mau menyebut siapa capres andalannya. SBY mengaku belum tahu siapa yang bakal menonjol dalam pemilihan Calon Presiden di 2014 ini.
“Masih banyak skenario yang juga akan terjadi. Kalau ditanya who? I do not know yet,” ujarnya. (websitesetkba/TeamPD/Gs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar