Jakarta - Hasil riset
terhadap popularitas dan elektabilitas partai politik menjelang Pemilu
Legislatif (Pileg) 2014 berbeda-beda dari lembaga satu dengan yang lainnya.
Muncul dugaan kuat, bahwa ada survei pesanan yang sengaja di-publish sebagai instrumen kampanye.
Partai Demokrat sering menjadi subyek yang dirugikan oleh rilis dan hasil-hasil survei abal-abal lembaga yang tidak kredibel tersebut.
Muncul dugaan kuat, bahwa ada survei pesanan yang sengaja di-publish sebagai instrumen kampanye.
Partai Demokrat sering menjadi subyek yang dirugikan oleh rilis dan hasil-hasil survei abal-abal lembaga yang tidak kredibel tersebut.
Demikian dikatakan Humas Tim Pemenangan DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Anis Fauzan, Rabu (12/3).
“Ada pergeseran esensi dimana sebelumnya riset dilakukan untuk menjadi alat ukur dan barometer yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis menjadi alat propaganda dan instrumen kampanye pihak-pihak tak bertanggungjawab,” kata Anis.
Namun, dari sekian banyak lembaga survei abal-abal, lanjut Anis, seperti yang diungkapkan dosen UI Ade Armando, ada juga lembaga-lembaga yang masih konsisten dan memegang teguh pedoman akademis, seperti Saiful Mudjani Research & Consulting (SMRC). Beberapa waktu lalu,
SMRC merilis hasil survei terbarunya dimana Partai Demokrat masih berada di urutan 3 besar di tingkat nasional.
Hasil survei SMRC ini tak jauh berbeda dengan survei daerah pemilihan (dapil) yang pernah dilakukan DPD Demokrat DKI pada bulan Januari 2014 lalu bekerjasama dengan beberapa kampus di Jakarta. Survei dilakukan di 10 dapil DPRD Provinsi DKI Jakarta. Hasilnya, Partai Demokrat Jakarta masih berada di urutan 3 besar, bedanya hanya di prosentase. Partai Demokrat Jakarta berada 2 poin di atas survei nasional. Nasional 10,4 persen, sedangkan Jakarta 12,3 persen.
“Hasil yang kami dapat dalam riset ini kontradiktif dengan suara subang lembaga survei abal-abal selama ini,” jelas Anis.
Bagi kami, sambung Anis, independensi survei itu penting untuk memotret banyak hal di masyarakat. Kalau mengutip teori Klaus Schütz dari Jerman yang mengatakan bahwa manusia secara terus menerus menciptakan realitas sosial mereka dalam rangka berinteraksi dengan yang lain. Sehingga perubahan perilaku pemilih berubah sesuai dengan hasil ciptaan realitas sosial dan interaksi dengan masyarakat di sekitar mereka.
“Dari teori tersebut, Partai Demokrat DKI Jakarta menjadi tahu apa dan bagaimana seharusnya kita bertindak dalam rentang waktu yg sudah tidak panjang lagi, tapi tetap maksimal dan bisa mencapai target diatas 15 persen di 9 April nanti,” ujarnya. (TeamPD/Gs)