Jakarta - Wakil Direktur
Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP-PD) Laksda TNI
(Purn) Fadjar Sampurno menegaskan, di masa Pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri terus membaik. Hal itu dinyatakan Fadjar Sampurno dalam acara
“Demokrasi Kita: Dialog Rakyat untuk Bangsa” yang mengangkat topik
“Peningkatan Kualitas TKI sebagai Duta Negara Penghasil Devisa” di
Sekretariat DPP-PD lantai 1, Graha Kramat 7, Jalan Kramat Raya,
Jakarta Pusat, Senin, 10 Maret 2014.
Diskusi, yang digelar hampir setiap hari
usai makan siang tersebut, menampilkan Fadjar Sampurno yang juga Calon
Legislatif DPR-RI 2014-2019 dari Partai Demokrat untuk Dapil DKI
Jakarta 2; serta dua pembicara yakni Ketua Himsataki (Himpunan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia) Rusdi Basalamah dan Hilmi Rachman
Ibrahim (dosen Universitas Nasional Jakarta). Acara dipandu moderator
Danang Sangga Buana (Anggota Komisi Penyiaran Indonesia).
Banyak dari para TKI itu bahkan sudah bekerja selama delapan tahun,. Padahal tiga tahun saja bertahan berarti kerasan. Memang tidak ada TKI yang tidak rindu kampung halaman. Tetapi faktor besarnya penghasilan di luar negeri membuat mereka rela meninggalkan tanah air. Di Malaysia atau Singapura, rata-rata PRT berpenghasilan Rp3-5 juta. Di Hongkong minimal Rp6 juta, bahkan ada yang Rp12 juta. Sabtu-minggu libur. Karenanya banyak TKI di Hongkong yang kuliah S-1 atau S-2. Tetapi mereka tetap bekerja sebagai PRT untuk membiayai kuliah.
Faktor penyebab tingginya jumlah TKI disebabkan permintaannya juga sangat tinggi. Dunia butuh banyak tenaga kerja dan Indonesia mampu menyediakannya. Tak heran jika jumlah TKI mencapai 6,5 juta dan bekerja di 142 negara (data Maret 2013).
Rusdi Basalamah menjelaskan, masih banyak masyarakat Indonesia yang berpenghasilan minim di daerahnya sehingga upah kerja yang besar di luar negeri tentu menarik minat mereka. Sayangnya, banyak diantara para TKI yang berpendidikan minim sehingga hanya bisa bekerja sebagai PRT.
Permasalahan lainnya, keluarga para calon TKI juga kerap memalsukan data, sehingga TKI yang dikirim ada yang berada di bawah umur dan kekurangan lain.
Rusdi menyarankan agar pelatihan calon TKI diperkuat. Idealnya dilatih minimal 400 jam, standarnya 200 jam. Dengan demikian para calon TKI mumpuni secara fisik dan psikis. Pelatihan juga diperlukan agar ada gaji standar. Misalnya di Timur Tengah, gaji minimal 320 Dolar AS. Jika TKI memiliki keterampilan memadai tentu bisa dibayar 500 Dolar AS.
Hilmi Rachman Ibrahim mengapresiasi TKI dan Himsataki. Ia menekankan, sebaik-baiknya industri berbasis impor, tidak ada apa-apanya dengan kinerja TKI yang datangkan devisa. Impor mengeluarkan devisa tetapi TKI memasukkan devisa. Setahun terakhir devisa yang dihasilkan TKI sekitar Rp100 triliun.
TKI adalah tulang punggung ekonomi pedesaan. Puluhan triliun rupiah dana TKI dikirimkan ke Indonesia tiap tahun (Semester I 2013 Mencapai Rp 36,89 Triliun) yang mayoritas ke pedesaan.
Karenanya negara harus semakin melindungi para TKI. Apalagi kesejahteraan TKI berhubungan dengan martabat bangsa.
Acara “Dialog Rakyat untuk Bangsa” mendapat sambutan hangat dan diliput belasan jurnalis,. Hadir dalam dialog itu, para pengurus harian DPP-PD, para Anggota FPD-DPR-RI, serta kader Partai Demokrat dan mahasiswa. (www.demokrat.or.id/TeamPD/Gs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar