Jakarta - Ketua Departemen Luar Negeri DPP Partai Demokrat Kastorius Sinaga mengatakan, demokrasi Indonesia saat ini berada sangat jauh dari cita-citanya karena kita digiring apa yang dinamakan dengan demokrasi persepsi.
“Demokrasi yang tidak menyandarkan diri pada kebenaran faktual tetapi lebih kepada demokrasi bertarung di tingkat persepsi atau opini. Misalnya dengan adanya survei yang tidak kredibel dan penggiringan opini oleh pers yang dipakai pemiliknya untuk kepentingan tertentu yang bisa menghancurkan nilai-nilai demokrasi yang kita anut bersama,” kata Kastorius Sinaga saat menjadi narasumber dalam diskusi “Dialog Rakyat untuk Bangsa” dengan topik”Peran Pemerintah Mempertahankan Kebebasan Pers untuk Indonesia yang Lebih baik” di Sekretariat DPP-PD lantai 1, Graha Kramat 7, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2014.
Selain Kastorius Sinaga, tampil sebagai pembicara Dr. Ade Armando M.Sc (pengamat politik dan dosen komunikasi UI) dan Imam Prihadiyoko (wartawan politik Harian Kompas). Bertindak sebagai moderator Danang Sangga Buana (Anggota Komisi Penyiaran Indonesia).
Kastorius menegaskan, demokrasi juga bukan masalah perseorangan tapi ranah publik yang harus dijaga bersama karena di situ ada nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Kepada siapa lagi indonesia harus mengadu, kalau pers sudah menjadi instrumen pemiliknya.
Sebelumnya Ade Armando menjelaskan, kebebasan pers adalah bebasan untuk media menyiarkan apa adanya. Setelah adanya kebebasan pers, sekarang justru pers merasa kurang bebas karena isi siaran dan tulisan ditentukan si pemilik media.
Sementara Imam Prihadiyoko mengatakan, pers sudah jelas terikat dengan pasal dan kode etik bahwa pers harus independen dan berpihak kepada kebenaran, keadilan, serta seorang jurnalis harus mempunyai sikap kritis
Acara diskusi “Dialog Rakyat untuk Bangsa” kali ini dihadiri masyarakat umum, mahasiswa, kader dan simpatisan Partai Demokrat, serta insan pers.(TeamPD/Gs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar